Gol Bunuh Diri Piala Dunia 1994

Gol Bunuh Diri Piala Dunia 1994

Mario Mandzukic cetak satu-satunya gol bunuh diri di partai final Piala Dunia

Dari 52 gol bunuh diri yang tercipta hingga edisi 2018, ternyata hanya sekali terjadi di final Piala Dunia. Satu-satunya gol ke gawang sendiri di final Piala Dunia dibuat oleh Mario Mandzukic pada final Piala Dunia 2018 melawan Prancis.

Gol tersebut juga membuat Kroasia tertinggal lebih dulu dari Prancis. Meskipun ia berhasil membalasnya dengan lesakkan satu gol. Namun, Kroasia harus mengakui keunggulan Prancis dengan skor 2-4 sekaligus gagal menjadi juara dunia.

Baca Juga: Rekor-rekor yang Lahir Sepanjang Sejarah Piala Dunia

Perang Saudara dan Bandar Judi

Dikutip dari situs berita The Sun, banyak pihak menduga kematian Andres Escobar berkaitan erat dengan perang saudara dan bandar judi yang bertebaran di Kolombia.

The Sun melaporkan meskipun tingkat pembunuhan di Kolombia sedang menurun saat itu, perang saudara dan tindak kejahatan berkembang pesat selama tahun 1990-an di Kolombia.

Alhasil, gol bunuh diri Escobar hingga berujung pada kekalahan Timnas Kolombia atas tuan rumah, Timnas Amerika Serikat, dengan skor 2 - 1 diperkirakan berhubungan dengan anggota atau bos kartel narkoba yang memasang taruhan besar dalam pertandingan tersebut.

Saat itu, The Sun menyebut bahwa teman-teman Escobar sempat melarangnya untuk bepergian dan memintanya bersembunyi hingga ketegangan usai pertandingan mereda. Namun, ia mengatakan bahwa ia harus bertemu orang-orang

‘Saya Harus menunjukkan wajah saya kepada orang-orang,” kata Andres Escobar seperti dikutip dari The Sun.

Andres Escobar Ditembak Mati hingga 6 Kali

Sebab keinginannya untuk berinteraksi dengan orang-orang atau penggemarnya, beberapa hari setelah pertandingan, Andres Escobar dibunuh saat duduk di mobilnya di luar kelab malam di Kota Medellín, Kolombia.

Escobar ditembak sebanyak enam kali dan pembunuhnya diketahui sempat meneriakkan kata “Gol” seiring tembakan yang dikeluarkan. Jumlah dan teriakan ini belakangan diketahui sesuai dengan jumlah ucapan “Gol” komentator ketika pertandingan dan kekalahan Timnas Kolombia terjadi.

Usai kejadian pembunuhan tersebut, The Sun melaporkan bahwa pengawal bosa narkoba bernama Humberto Castro Muñoz ditangkap keesokan harinya dan ia mengaku atas pembunuhan Andres Escobar.

Pemakaman dan Patung Andres Escobar

Setelah peristiwa pembunuhan Andres Escobar, sejumlah sumber memberitakan bahwa setidaknya terdapat 120.000 orang yang menghadiri pemakaman Escobar.

The Sun melaporkan bahwa sebagian orang masih merayakan peringatan kematian Andres Escobar setiap tahun. Bahkan, mengutip Footy Analyst, sekitar 8 tahun atau pada 2002 dibangun patung Andres Escobar di kota kelahirannya di Kolombia.

Patung tersebut berwarna perak keputihan dengan penggambaran Escobar sedang menangkap bola dengan kakinya.

Piala Dunia 2018 jadi yang paling banyak sumbang gol bunuh diri

Piala Dunia 2018 menciptakan rekor tersendiri sebagai Piala Dunia dengan jumlah gol bunuh diri terbanyak. Tercatat, ada 12 gol bunuh diri yang dicetak 12 pemain berbeda sepanjang gelaran yang dihelat di Rusia tersebut.

Bahkan, dari fase grup hingga babak final hampir selalu ditemui gol bunuh diri. Hanya pada babak semifinal saja tak ada satu pun pemain yang mencetak gol ke gawangnya sendiri. Piala Dunia 1998 Prancis berada di tempat kedua dengan enam gol bunuh diri.

Manuel Rosas tercatat sebagai pemain pertama yang mencetak gol bunuh diri di Piala Dunia

Manuel Rosas tercatat dalam buku sejarah sebagai pencetak gol bunuh diri pertama dalam sejarah Piala Dunia. Pemain asal Meksiko tersebut mencetak gol ke gawangnya sendiri ketika timnya bertemu Chile di fase grup.

Itu merupakan gol kedua dalam pertandingan tersebut dan Meksiko harus menyerah 0-3 dari Chile. Selain catatan gol bunuh diri tersebut, Rosas merupakan pemain termuda kedua yang mencetak gol di Piala Dunia setelah Pele.

Ancaman Serupa saat Piala Dunia 2018

Ancaman yang menimpa Andres Escobar saat Piala Dunia 1994 diduga sempat terulang dalam gelaran Piala Dunia 2018. Kali ini, gelandang Timnas Kolombia, Carlos Sanchez, menjadi target pembunuhan.

Ancaman pembunuhan tersebut diterima oleh Sanchez usai ia mendapatkan kartu merah ketika Timnas Kolombia bertemu dengan Timnas Jepang saat Piala Dunia 2018 di Rusia.

Ancaman itu pun membuat saudara laki-laki Escobar, Santiago, turut angkat bicara. “Sebagai seorang saudara yang telah melalui ini, saya tahu apa yang harus dipikirkan mereka (keluarga Sanchez), dan saya tidak ingin ada yang mengalami itu (pembunuhan),” kata Santiago seperti dikutip The Sun.

Untungnya, ancaman pembunuhan tersebut tidak dilancarkan dan hingga berita ini ditulis Carlos Sanchez masih hidup. Saat ini, ia diketahui bermain sebagai gelandang bertahan untuk klub asal Kolombia, Independiente Santa Fe.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Pemain bertahan Denmark, Simon Kjaer (kiri), salah mengantisipasi bola sehingga menyebabkan gol bunuh diri saat bertanding melawan Inggris. Gol di menit ke-39 tersebut membuat kedudukan berubah menjadi satu sama.

Saban  ada kejuaraan besar sepak bola,  pikiran saya  resah dengan istilah “gol bunuh diri” dari mulut penyiar televisi maupun tangan wartawan surat kabar. Mengapa istilah “bunuh diri” digunakan untuk menyebut gol dari seorang pemain gagal  menghalau bola agar tidak masuk ke gawang timnya?

Sulit menerima bahwa kapten kesebelasan Denmark, Simon Kjaer,  “bunuh diri” ketika  mati-matian ingin menyelamatkan gawangnya dari bola umpan deras Bukayo Saka  yang akan disergap Raheem Sterling dalam semifinal Piala Eropa,  8 Juli 2021. Usaha mati-matian Simon Kjaer  tak berhasil. Bola yang dihalau justru masuk ke gawangnya sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bunuh diri berarti ‘sengaja mematikan diri sendiri’. Kesengajaan adalah faktor terpenting dalam tindak bunuh diri. Bila  tak ada kesengajaan, sebuah tindakan tak bisa disebut bunuh diri. Sangat jelas bahwa dalam gol-gol  Piala Eropa 2020 yang disebut “gol bunuh diri” itu sama sekali tak ada unsur sengaja dari Kjaer, Dubravka, Merih Demiral, Mats Hummmel, Raphael Guerreiro, Ruben Dias, Pedri, Denis Zakaria, Juraj Kucka, Wojciech Szczesny, dan Lukas Hradecky untuk memasukkan bola ke gawang mereka. Tak  tepat menyebutnya “gol bunuh diri”.

Usul saya istilah “gol bunuh diri” tidak dipakai untuk menyebut gol-gol seperti di atas. Dicari saja istilah yang tepat, misalnya “gol sendiri” (own goal) seperti digunakan dalam bahasa Inggris.  Di samping itu, seyogianya istilah “bunuh diri” sesedikit mungkin digunakan dalam ujaran karena tindakan bunuh diri memang dilarang secara moral. Semakin jarang digunakan di dalam ujaran, diharapkan tindakan bunuh diri juga tak akan muncul dalam khayalan dan pikiran orang.

Tambahan pula, menggunakan istilah “gol bunuh diri” akan mengingatkan dosa lama  persepakbolaan Indonesia yang pernah dinodai oleh gol-gol yang sungguh-sungguh “bunuh diri” karena para pemain dengan sengaja memasukkan bola ke gawang tim mereka sendiri. Dalam  pertandingan  “sepak bola gajah” antara PSS Sleman dan  PSIS Semarang pada 2014,  lima  gol disarangkan oleh  pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang ke gawang mereka sendiri. Akibatnya PSSI diganjar hukuman oleh FIFA berupa larangan  menyelenggarakan kompetisi dalam kurun 2015 – 2016.

Lebih memalukan lagi kasus Piala Tiger 1998 pada pertandingan  Indonesia melawan Thailand. Demi mengejar posisi juara kedua  untuk menghindari pertandingan melawan tim Vietnam, pemain Indonesia, Mursyid Effendi,  sengaja memasukkan bola ke gawang Indonesia sendiri, sementara pemain Indonesia lainnya, Kurnia Sandi, diam saja dan tak berusaha menyelamatkan gawangnya. Mursyid Effendi diganjar larangan bermain seumur hidup dan denda uang.

Semoga dengan mengganti istilah “gol bunuh diri,” tindakan tercela melakukan “gol bunuh diri” yang mencederai sportivitas dalam sepak bola juga hilang. Begitu pula tindakan bunuh diri yang dilarang secara moral itu.

Pencetak gol bunuh diri termuda dan tertua di ajang Piala Dunia

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Pencetak gol termuda dalam sejarah Piala Dunia adalah pemain Meksiko, Edson Alvarez. Gol bunuh diri tersebut ia ciptakan pada laga terakhir fase grup Piala Dunia 2018 menghadapi Swedia, di mana Meksiko menyerah 0-3.

Masih di edisi Piala Dunia yang sama juga tercipta rekor pencetak gol bunuh diri tertua dalam sejarah Piala Dunia. Kali ini aktornya adalah Sergei Ignashevich yang memasukkan bola ke gawangnya sendiri di babak 16 besar Ketika Rusia bertemu Spanyol.

Meksiko jadi tim paling banyak yang cetak gol bunuh diri

Meksiko menjadi tim dengan torehan gol bunuh diri terbanyak dalam sejarah Piala Dunia. Para pemain Meksiko sudah menjebol gawangnya sendiri sebanyak empat kali. Termasuk pencetak gol bunuh diri pertama, Manuel Rosas.

Selain Rosas, ada Raul Cardenas yang mencetak gol bunuh diri ketika Meksiko bertemu Prancis pada Piala Dunia 1954. Kemudian ada Javier Guzman yang menjadi satu-satunya pencetak gol bunuh diri di Piala Dunia 1970. Terakhir ada pencetak gol bunuh diri termuda, yakni Edson Alvarez pada Piala Dunia 2018.

Meskipun tak diinginkan terjadi oleh tim manapun terutama di ajang sekelas Piala Dunia, gol bunuh diri ternyata juga menghasilkan beberapa catatan menarik. Mulai dari yang pertama, termuda, tertua, hingga yang tercepat. Akankah terjadi gol bunuh diri di Piala Dunia 2022?

Baca Juga: 5 Gol Chip Terakhir di Piala Dunia, Terjadi Lagi di 2022!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Usai kegagalan Kolombia di Piala Dunia 1994, Escobar dan seluruh tim kembali ke negaranya. Sadar dengan kekecewaan besar yang dirasakan suporter, ia meminta keluarganya untuk bersembunyi sejenak.

Escobar pun angkat suara dengan menulis pernyataan yang dipublikasikan surat kabar El Tiempo bertuliskan:

"Hidup tidak berhenti di sini. Kita harus terus berjalan. Hidup tidak boleh terhenti di sini. Sesulit apapun situasi, kita harus bangkit. Kita hanya punya dua pilihan: membiarkan kemarahan melumpuhkan kita dan kekerasan berlanjut, atau melaluinya dan mencoba yang terbaik untuk membantu lainnya. Itu pilihan kita. Kita harus menjaga kehormatan. Salam terhangatku untuk semuanya. Ini adalah pengalaman langkah dan paling luar biasa. Kita akan segera bertemu lagi karena hidup tidak berhenti di sini."

Pada 1 Juli 1994, Escobar pergi keluar rumah bersama teman-temannya di kampung halamannya, Medellin. Setelah minum-minum di beberapa bar, ia memutuskan untuk pulang sendiri.

Tepatnya pukul 03.00 dini hari tanggal 2 Juli 1994, Escobar didatangi sekelompok pria di lapangan parkir. Mereka cekcok soal gol bunuh diri yang dicetaknya ke gawang Amerika Serikat.

Terjadi keributan dan Escobar ditembak enam kali. Eksekutor disebut menembaknya di bagian leher sambil teriak "GOOOOLLL!!" menirukan gaya komentator sepakbola.

Escobar akhirnya meninggal di tempat, di dalam mobilnya saat ingin pulang ke keluarganya. Pembunuhan ini hanya 48 jam setelah dirinya kembali ke Kolombia.

Tak lama setelah kejadian, Humberto Castro Munoz mengaku sebagai pelaku penembakkan. Dia adalah seorang penjahat dengan catatan kejahatan panjang yang merupakan anak buah penjahat kakap, Gallon Bersaudara, Juan Santiago Gallon Henao dan Pedro David Gallon Henao.

Munoz dijatuhi hukuman 45 tahun penjara dan membayar kompensasi pada keluarga Andres Escobar sebesar US$49.000. Ia hanya menjalani hukuman 11 tahun penjara karena kelakuan baik. Sedangkan Gallon Bersaudara hanya dihukum 15 bulan dan denda US$1850.

Lebih dari 120.000 orang menghadiri pemakaman Escobar. Medellin pun mendirikan patung dirinya pada 2002.

TEMPO.CO, Jakarta - Euforia Timnas Kolombia pada gelaran Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat sangat tinggi. Kala itu, Kolombia berhasil finis di puncak grup usai menekuk Timnas Argentina dengan skor 5 - 0.

Namun, kebahagiaan tersebut segera sirna ketika salah satu pemain Timnas Kolombia, Andres Escobar, secara tidak sengaja melakukan tendangan gol bunuh diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak hanya Timnas Kolombia gagal melaju hingga putaran final, tetapi Andres Escobar juga kehilangan nyawanya akibat gol bunuh diri tersebut?

Baca: Piala Dunia 1994 Penuh Drama di Negeri Abang Sam

Hanya terdapat lima edisi Piala Dunia tanpa sekalipun tercipta gol bunuh diri

Dari sekian banyak Piala Dunia yang telah diselenggarakan, tercatat hanya ada lima edisi di mana tak tercipta satu pun gol bunuh diri. Pertama kali Piala Dunia tanpa adanya gol bunuh diri adalah Piala Dunia 1934 di Prancis.

Catatan tersebut terulang kembali pada Piala Dunia 1950 Brasil, 1958 Swedia, dan 1964 Chile. Sedangkan kali terakhir Piala Dunia tak diwarnai gol bunuh diri adalah edisi 1990 Italia.